Hari ini adalah hari dimana aku dapat berpesta untuk hidupku. Aku bebas!!! Bebas dari pekerjaanku yang sering kali aku menghadapi kekesalan customer karena adanya kertelambatan antaran barang atau karena barang kami tak memiliki ready stock padahal itu bukan 100% kesalahan kami!
Coba pikir, barang telat diantar karena terkena bea cukai dan barang tak ready stock karena barang itu jarang ada yang men-supply ,so, gak mungkin dong kami keep stock. Fuh...pusing dech!
Aku pun bebas dari lingkungan kos-ku yang setiap malam aku hanya bisa makan bubur "uekkk" bosan ... dan banyak lagi kebebasan yang lainnya!!!
Yang jelas, hari ini AKU BEBAS !!! Sekarang aku akan menikmati kesempatan yang ada ini untuk berpesta.

Ku habiskan waktu liburku ini di sebuah desa kecil yang bernama Tanjung Batu. Kesempatan ini hanya kuperoleh setahun sekali yaitu ketika Hari Raya Imlek. Karena dihari itu, perusahaan kami memberi libur sebanyak empat hari kepada karyawan wanita hehe...emang gak adil bagi karyawan pria karena mereka hanya libur dua hari saja. Kasihan ya...? Tapi apa mau dibuat, sebagai karyawan yang baik mereka hanya menurut saja.
Ok, kembali ke cerita di mana aku liburan. Di desa yang kecil ini aku berpergian bersama kakak ku ,pacar kakak ku dan sahabat pacar kakak ku. Di sana aku tinggal di rumah pacar kakak ku... Keluarganya pun ramah dan hangat sehingga membuat aku betah untuk bercanda ria dengan mereka semua. Lama sudah tak kurasakan kehangatan keluarga seperti ini. Aku yang merantau menjadi teringat akan keluargaku yang nan jauh disana. Untuk dapat pulang menemui mereka, aku harus dapat mengumpulkan uang sedikitnya 4 juta. Itu pun hanya cukup untuk biaya pulang-pergi saja. Ah... sudahlah suatu hari nanti aku akan dapat berkumpul dengan mereka kembali, so, aku percaya itu.

“Ni mau ikut pergi gak?” tanya kakak ku kepadaku.
“Pergi kemana?” tanyaku balik kepadanya.
“Pergi kepantai...” jawabnya.
“Asyik aku mau...!!! Tapi pakai apa kita perginya dan dengan siapa???”
“Jalan kaki aja...! Ayo buruan udah ditungu tuh.”
“Hah!!! jalan kaki emangnya pantainya dekat ya?”
“Aduh ini anak ya banyak kali tanyanya...nanti kalo aku jawab semua capek dech mereka yang udah tunggu diluar, udahlah yang penting kamu sekarang siap-siap ok!”
“Hm...Ok lah”
Segera aku berganti pakaian lalu aku langsung menemui mereka yang sudah menunggu ku sejak tadi.
“Nah..Peb aku titip adikku yang manis ini ya! Jangan sampai hilang lo!” canda kakakku.
“Ok beres” jawab sahabat pacar kakakku yang namanya Pebry itu.
“Udah siap semuakan ??? ayo berangkat tunggu apalagi!”

Kami pun segera bersiap-siap untuk menuju kepantai. Kakakku berboncengan dengan pacarnya sedangkan aku berboncengan dengan Pebry. Kami hanya pergi berempat oohhh bukan...!!! Ternyata kami pergi berlima karena ada seorang lagi sebagai penunjuk jalan. Dia adalah teman Pebry. Katanya, temannya itu akan menunjukkan pantai yang jarang diketahui orang. Pebry bilang bahwa temannya ini adalah seorang yang berpetualang sehingga ia tahu banyak tempat tersembunyi di tanah kelahirannya ini.

“Ok udah sampai...!!!” Kata temannya pebry yang ternyata bernama Acoy.
“Coy disini ya pantainya?” Tanya Pebri untuk sekedar meyakinkan saja.
“Ya, kalian jalan-jalanlah...disana banyak batu besar yang bisa dipakai untuk duduk santai. Terus nanti kalau kalian mau pulang, mampir dulu ke Cafe Gading. Di sana kalian bisa ambil foto dengan latar belakang yang bagus, ok? Met santai dan liburan yah!” Acoy menjelaskan kepada kami dengan lengkap sambil menunjukkan arah yang harus kami tuju.
“Coy kamu mau langsung pulang ya??” tanya Pebry lagi.
“Iya aku masih mau pergi ke tempat lain. Kalian di sini saja! Ingat jalanya kan?”
“Jalan gampanglah itu.” Kata pacar kakakku.
“Ok lah aku pergi dulu.”
“Makasih ya..” seru aku dan yang lainnya.
“Ok kita sekarang kemana nih???” tanya pacar kakakku.
“Kita kesana aja yang ada batu besarnya itu!” tawar kakakku kepada kami.
“Ok yuk kesana!”seru kami.

Kami berjalan menuju batu besar itu. Sepanjang jalan ke batu itu Pebry menanyaiku banyak hal mengenai pekerjaan ku dan hal-hal yang patut ia ketahui sebagai seorang partner-ku selama aku di tanjung batu ini. Tapi aneh ia seakan-akan sudah tahu tentangku. Karena setiap kali, pertanyaannya yang ia lemparkan kepadaku seakan hanya ingin kepastian dariku saja.

“Wah...segar sekali anginnya” takjubku pada pemandangan yang disajikan oleh Tuhan.
“Ok mau naik gak???” tanya Pebry kepada kami.
“Mau...!” jawab kami semua.
“Ni... duluan sana” kata kakakku.
“Eh...iya”  Kataku setengah terkejut karena melamun.

Pebry telah berada diatas batu itu lalu ia segera mengulurkan tangannya kepadaku untuk membantuku naik. Setelah itu, ia pun membatu Anton, pacar kakakku, naik. Kemudian Anton segera membantu kakakku untuk naik juga. Nah lengkaplah kami sudah berada di atas batu ini. Kami pun bercanda ria selama kami di sana, sambil berbaring memandang langit dan bernyanyi. Tak ada rasa canggung diantara kami dan suasananya pun sangat menyenangkan. Seakan kami telah mengenal lama. Setelah puas kami dengan pemandangan di batu itu, kami pun segera menuju Cafe Gading. Ternyata benar juga, Di cafe ini latar untuk berfoto memang sangatlah indah hingga menarik untuk membuat kenangan melalui foto.
Hari-hari bebas ini kulalui dengan penuh suka ria dan selama di Tanjung Batu aku selalu ditemani oleh Pebry. Hingga pada suatu malam, dimana keesokkannya kami yaitu aku, kakakku dan Anton akan kembali ke kota tempat kami bekerja, yaitu kota Batam, kami menghabiskan sisa waktu liburan dengan pergi ke Vihara yang sedang merayakan tahun baru dengan berbagai acara yang disajikan. Di sana, Pebry bertemu dengan teman-temannya dan ku angap itu biasa saja. Namun ketika ada seorang gadis yang terlihat begitu dekat dengannya, entah mengapa hatiku merasa gundah. Untuk menutupi perasaanku itu, aku pun meninggalkannya dan pergi jalan-jalan seorang diri. Setelah beberapa menit aku pun kembali ketempat dimana aku meninggalkannya, ternyata kudapati dia sedang mencariku. Lagi-lagi aku merasakan hatiku gundah namun ada perasaan senang juga yang menyelimutinya. Aku pun mulai bertanya-tanya mengapa bisa hati ku ini merasakan dua hal yang sama dengan situasi yang berbeda? Hanya saja yang kedua aku merasa ada kesenangan yang menemani gundahnya hati ku, namun tetap saja aku tak mengerti.
“Hayo...dari mana tadi???” tanyanya padaku.
“Hmm...dari jalan-jalan kedepan sebentar,kenapa?” tanyaku balik padanya.
“Itu ada lotang (sejenis perayaan yang mengunakan salah satu dewa yang dianut bagi agama Buddha yang telah bersatu dengan tubuh manusia yang dipilihnya)mau lihat gak?”
“Nanti aja dech aku lagi capek nih , kamu nonton aja nanti aku nyusul ok”
“Hmm...”

Sebelum ia menjawab teman-temannya telah datang dan mengajaknya pergi namun ia tetap membujukku untuk pergi bersamanya. Tapi kutolak lagi, ketika ku lihat ia tak beranjak juga segera kudorong tubuhnya untuk ikut bergabung dengan temannya.
“Nonton dengan enjoy ya...bye...” ia hanya menjawab dengan tersenyum padaku dan berkata.
“Nanti nyusul ya..jangan lupa calling dulu ok!”
“ok”
Aku memang pergi untuk menonton acara lotang namun aku tak mencarinya. Entah mengapa aku seakan telah memutuskan untuk tidak menerima gundah yang ada di hatiku ini. Apakah aku takut hingga aku lari dari perasaan ini??? Fuh...entahlah.
“Katanya tadi mau nyusul di tunggu-tunggu malah gak datang dicari... rupanya malah nonkrong di sini” seseorang menepuk pundakku dan berkata demikian. Akupun terkaget dan segera menoleh ke sumber suara itu.
“Eh... Pebry. Sorry tadi aku udah cari tapi gak ketemu-ketemu. Banyak orang sich so aku nonton disini dech jadinya” belaku.
“Lo, tadikan udah ku bilang kalo mau yusul calling dulu.???”
“Eh..ada ya??Sorry aku gak dengar kalimat yang ini”
“Hah...kalo gak dengar kok ada jawaban ok??”
“Itu ok untuk nanti aku yusul...sorry...”
“Haha...haha...oklah ayo nonton lagi.”
Ketika ku dengar ketawanya kurasakan wajahku memerah menutupi malu karena aku telah berbohong padanya. Acara lotang itu akhirnya selesai . Malam pun telah larut dan kami memutuskan untuk pulang saja. Sebelum pulang ia sempat meminta nomor handphone-ku dan kami pun bertukar nomor handphone. Keesokkannya kami meninggalkan Tanjung Batu yang penuh damai dan kesenangan itu.

Hilanglah sudah kebebasanku. Seakan waktu cepat sekali berlalu ingin rasanya kembali ke waktu itu. Oh, ada rasa yang tertinggal dihatiku padahal kupikir ketika aku tak berjumpa denganya rasa ini juga akan ikut hilang .Oooooo kenapa begini. Ketika kudapatkan kebebasanku aku malah dapat rasa yang membuat aku merasa tak tenang, fuh....aku percaya aku pasti bisa menghilangkannya, karena hatiku belum siap untuk menerima rasa ini kembali.

***

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments