- Home »
- Karya Tulis Ilmiah »
- Karya Tulis Ilmiah (KTI) Pemanasan Global
Karya
Tulis Ilmiah
Pemanasa
Global
Oleh
:
Mukhamad
Mufit Hidayatulloh /XI IPS 1/17
PEMERINTAH
KABUPATEN SIDOARJO
DINAS
PENDIDIKAN
SMA
NEGERI 1WOONOAYU
TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Jl.Raya Pager Ngumbuk
Wonoayu Sidoarjo
Halaman
Judul
Karya
Tulis Ilmiah
Pemanasa
Global
Oleh
:
1.Mukhamad
Mufit Hidayatulloh /XI IPS 1/17
PEMERINTAH
KABUPATEN SIDOARJO
DINAS
PENDIDIKAN
SMA
NEGERI 1WOONOAYU
TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Jl.Raya Pager Ngumbuk
Wonoayu Sidoarjo
Halaman
Pengesahan
Karya
tulis ilmiah yang berjudul “Pemanasan Global” Mulai mengerjakan tanggal 7
November 2012 ,dan selesai pada tanggal 14 November 2012.
Disusun
oleh :
1.Mukhamad
Mufit Hidayatulloh
Telah
mendapat persetujua dari pembimbing karya tulis ilmiah SMA Negeri 1 Wonoayu.
Wonoayu ,14
November 2012
Guru Pembimbing II Guru Pembimbing I
Mengetahui
Kepala sekolah
Halaman
Motto
Halaman
Persembahan
Karya tulis imiah ini kami persembahkan kepada :
1. Bapak
–Ibu Orang Tua.
2. Bapak
–Ibu Dewan Guru.
3. Saudara-saudarku.
4. Teman-teman
Seperjuangan.
Kata
Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunianyalah, karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemanasan Global” dapat terselesaikan
dengan baik, tepat pada waktunyaAdapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam
penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:
- Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
- Bapak-Ibu Dewan Guru terutama Bapak. Drs.Latif Labibsebagai guru pembimbing kami yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
- Teman-teman seperjuangan.
Kami
sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wonoayu,
14 november 2012
Penulis
Daftar
Isi
Halaman Judul…………………………………………………………..... i
Halaman Pengesahan……………………………………………………... ii
Halaman Motto…………………………………………………………… iii
Halaman Persebahan……………………………………………………… iv
Kata Pengantar……………………………………………………………. v
Daftar Isi………………………………………………………………….. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang………………….................................. 1
1.2
Rumusan Masalah………………….............................
1
1.3
Tujuan Penulisan…………………...............................
1
1.4 Manfaat
Penelitian…………………............................ 2
1.5
Metode Pengumpulan Data…………..........................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemanasan
Global…….………………….. 3
2.2 Penyebab Utama Pemanasan Global………………….. 3
2.3 Dampak Pemanasan Global…………………………… 5
2.4 Pengendalian Pemanasan Global……………………… 6
2.5 Mengukur Pemanasan Global…………………………. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………….. 9
3.2 Saran…………………………………………………… 9
Daftar Pustaka……………………………………………………………… 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya
tulis dengan judul Pengaruh Pemanasan Global Pada Kehidupan di Dunia
ini adalah untuk mengetahui seberapa besar bahaya yang mengancam akibat global
warming ini. Banyak sekali orang-orang yang melakukan hal yang menyebabkan
global warming, entah mereka tidak tahu, atau mereka tahu tetapi dibiarkan
saja. Karena itu penulis membuat karya tulis ini dengan tujuan mengingatkan
bahaya pemanasan global yang boleh dibilang tidak lama lagi akan mencapai
puncaknya.
Menurut
penulis, pemanasan global sudah cukup parah untuk saat ini, dan akan
memperparah jika tidak ada usaha untuk diperlambat. Sedangkan kenyataannya kita
sekarang malah memperparah keaadaan dengan cara seperti menambah jumlah emisi
gas kendaraan bermotor yang mengeluarkan banyak CO2, memakai hairspray yang
mengandung aerosol, dsb.
Harapan
penulis, pemanasan global bisa dicegah se-maksimal mungkin dengan cara, salah
satunya mungkin kita semua bisa mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan
lebih memilih memakai sepeda, karena selain berolahraga, menggunakan sepeda
juga tidak menyebabkan pemanasan global. Tetapi pada kenyataannya, hal seperti
itu sangat sulit untuk diwujudkan. Mengingat keegoisan kita sendiri yang
mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing, misalnya tidak mau
berkeringat saat sampai di sekolah, atau bisa kepanasan saat dijalan, malah ada
juga yang mungkin berpikiran nanti tatanan rambutnya rusak jika naik sepeda.
Oleh karena itu mungkin kita harus berpikir dalam-dalam dan berusaha
se-maksimal mungkin untuk memperlambat pemanasan global, dengan cara yang tidak
terlalu rumit, tetapi berarti untuk bumi.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah:
1. Apakah pemanasan global itu?
2. Apakah bahaya dan pengaruh pemanasan global itu?
3. Bagaimana cara mengendalikan pemanasan global?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui apa itu pemanasan global?
2. Agar kita dapat mengetahui bahaya dan pengaruh akibat terjadinya pemanasan global.
3. Kita sebagai manusia yang masih membutuhkan bumi ini dapat berpikir keras cara memperlambat pemanasan global dan mengatasi kerusakan parah akibat pemanasan global.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Agar kita sebagai siswa terpelajar bias mengatasi dan mengetahui pemnasan gelobal dan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Kita
sebagai masyarakat Indonesia bias mengetagui apa itu pemanasan gelobal dan bisa
menanggulangi bagaimana cara untuk menangani dan mencega pemanasan gelobal.
Sehingga kita tidak mendapat kan kerugian dari pemanasan gelobal.
1.5 Metode
Pengumpulan Data
Penulis
memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis
melakukan kajian pustaka, membagikan kuisioner,study tour ke LAPAN dan
melakukan browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Pemanasan Global
Pemanasan
global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan
Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian
besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan
beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas
panas dari lautan.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa
hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik
di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi
atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi
gas-gas rumah kaca.
2.2. Penyebab Utama
Pemanasan Global1. Efek rumah kaca
Segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan
Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas
rumah kaca antara
lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas
ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut
terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Sebenarnya,
efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur
rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59
°F) dengan efek rumah kaca[3] (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut
telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
2. Efek umpan balik
Efek-efek
dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan
balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti
CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
3. Radiasi Matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960,[8] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an.) Fenomena radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga
tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[9][10]
Ada
beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
2.3. Dampak Pemanasan
Global
Para
ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak
pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Cuaca
Para
ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang
berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan
air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi,
beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi
tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Tinggi muka laut
Perubahan
tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil
secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan
laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di
laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di
daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk,
tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka
laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Pertanian
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika
snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami,
akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan
dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
Di
dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang
terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas
karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi
mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka
dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat
menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya
juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning,
dan encephalitis.
Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat
akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
2.4 Pengendalian
Pemanasan Global
Konsumsi
total bahan
bakar fosil di dunia
meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang
sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di
masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul
sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Kerusakan
yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang
lebih dingin.
Ada
dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah
kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara
yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya,
menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis,
dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan
hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas
karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak
bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini
di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal
ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa
ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke
aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah
satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada
abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi.
Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena
gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan
karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan
keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida
sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama
internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di
tahun 1992, pada Earth Summit
di Rio de
Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah
kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang
dikenal dengan Protokol
Kyoto.
Perjanjian
ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri
yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk
memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990.
Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan
pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen
di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang
lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya,
sebagian besar negara
berkembang, tidak
diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
2.5 Mengukur
Pemanasan Global
Pada
awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global.
Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika
para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International
Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi
karbondioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur
dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi
peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para
ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan
bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan
dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim
untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang
jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan
ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca
pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran
temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan
kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak
1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh
dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran
yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup
lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan
menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad
ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir
terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990,
dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam
laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur
udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak
1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas
manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Akibatnya,
akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa
perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia
akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebenarnya
pemanasan global itu sudah terjadi sejak tahun 1861, tetapi belum parah seperti
sekarang. Itu menunjukan ada nya peningkatan suhu dari tahun ke tahun, sehingga
ada kemungkinan besar pemanasan global ini akan semakin parah di masa depan.
3.2 Saran
Seperti
yang kita tahu, sampai saat ini tidak ada yang bisa mencegah pemanasan global,
tetapi kita sebagai generasi muda harus berusaha untuk mengurangi jalannya
pemanasan global. Dengan hal yang sangat kecil saja, seperti selalu menggunakan
kertas di kedua sisinya, matikan keran saat menggosok gigi, menggunakan kembali
amplop bekas, gunakan baterai isi ulang, dll.
Daftar Pustaka
http://www.depkes.go.id
http://id.wikipedia.org
hhtt://www.pyr.ec.gc.ca/ep/airshed/back_CAN_f.htm