Archive for Maret 2011

10 Tempat yang Mungkin Lebih Dahulu Lenyap Akibat Perubahan Iklim Ekstrim

Perubahan iklim yang ekstrim dapat mengakibatkan hilangnya ciri dari sebuah daratan. Entah itu naiknya permukaan laut, penggurunan, angin musim yang deras, gletser meleleh atau pengasaman laut, perubahan iklim dengan cepat akan mengubah daratan planet kita.

Kita mungkin akan menjadi salah satu generasi terakhir yang dapat melihat dan mengenali 10 tempat di bawah ini yang kemungkinan akan lenyap terlebih dahulu apabila terjadi perubahan iklim yang ekstrim.


1. Taman Nasional Glacier


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjDMgeiQGKKChw0MIjK4SrC63GxmTUgn7CCjucY_Db5Qul1P624reoOBytvB8PaVbUlg1KPoAs6T4bc_NDAW_U45pOMSFfmeHCp8qCXtl1h4oniFkTiI2GX4lgOIXTuQRZCzPW6WG7DrIr/s1600/glacier_national_park1.jpg

Lebih dari 100 tahun yang lalu, ada sebanyak 150 gletser bertebaran di seluruh Glacier National Park. Pada tahun 2005, hanya tinggal 27 dan diperkirakan mereka juga akan menghilang pada tahun 2030, atau bahkan sebelum itu.

Banyak dari spesies tanaman dan hewan yang membutuhkan air dingin, yang berarti ekosistem taman dapat berubah secara dramatis ketika gletser hilang.



2. Venesia, Italia


Venesia pernah mengalami banjir parah pada bulan November 2009, ketika tingkat air mencapai 131 cm. Venesia telah lama tenggelam, tapi naiknya permukaan air laut telah membuat situasi lebih mengerikan.

Frekuensi banjir meningkat setiap tahun, meninggalkan banyak pertanyaan berapa lama lagi Venice bisa tinggal di atas air.



3. Great Barrier Reef


Great barrier reef dapat dilihat dari angkasa, tapi muilai menghilang secara bertahap seiring perubahan iklim. Meningkatnya suhu lautan, pencemaran air, pengasaman laut dan badai terus merusak terumbu dan telah menyebabkan pemutihan karang massa.



4. Sahara Afrika


Sahara di Afrika semakin bertambah luas dengan perluasan 0,5 kilometer per bulan. Gurun ini sudah menjadi terbesar di dunia, dan masih bisa meluas lagi kesemua Afrika Utara, mengubah lingkungan benua afrika.



5. Maladewa


Maladewa adalah negara terendah di dunia, dengan ketinggian rata-rata hanya 1,5 meter (4 kaki, 11 inci) di atas permukaan laut. Jika permukaan air laut naik terlalu banyak, negara itu bisa mendapatkan sebuah gelar yang tidak diinginkan, "Negara pertama yang ditelan oleh laut karena pemanasan global."



6. Patagonia


Sebuah keindahan yang tak tersentuh, Patagonia, Amerika Selatan bisa secara dramatis diubah oleh perubahan iklim.

Banyak dinding gletser yang gugur karena meningkatnya suhu dan curah hujan menurun. Meskipun tanah ini tidak akan hilang sepenuhnya, namun pemandangan yang ada akan sangat berbeda jika pemanasan global terus berlanjut.



7. Bangladesh


Terletak di Sungai Gangga-Brahmaputra dataran rendah Delta, Bangladesh berada pusat di badai yang sempurna pada kondisi klimaks. Sekitar 50 persen dari luas wilayahnya akan banjir jika permukaan laut naik 1 meter.

Bencana alam, seperti banjir, siklon tropis, tornado dan pasang surut terjadi di sini hampir setiap tahun sehingga meninggalkan kehancuran yang tragis.



8. Alaska tundra


Pemanasan global memanaskan Arktik dua kali lebih cepat dari seluruh wilayah di dunia, yang berarti Alaska tundra utara yang indah bisa menghilang sepenuhnya bila suhu terus meningkat.

Apabila Alaska tundra mencair, tidak hanya mengubah secara drastis ekosistem, tetapi juga melepaskan karbon tambahan dan ironisnya dapat mempercepat pemanasan global.



9. Australia Selatan



Sama seperti Sahara di Afrika, penggurunan mengancam Australia Selatan. Di seluruh wilayah, pasokan air segar cepat mengering.

Sementara itu, dataran kering meningkatkan terjadinya kebakaran hutan, mengancam pertanian, satwa liar dan ratusan rumah di Australia.



10. Alpen


Alpen Eropa berada di ketinggian lebih rendah dari Rocky Mountains, dan gletser serta resor ski nya lebih rentan terhadap dampak dari pemanasan global. Gletser yang terkenal ini diperkirakan akan menghilang pada tahun 2050.

Hayabusa, Kereta Peluru Dari Jepang Siap Pacu 300 Km/jam

Kereta api peluru terbaru Jepang berhidung lancip, “Hayabusa” atau Falcon, telah memulai debutnya untuk memacu kecepatan 300 kilometer per jam pada Sabtu (5/3).

Kereta dengan teknologi ultra-cepat terbaru ini akan melakukan perjalanan tiga hari dari Tokyo ke kota Aomori, di pedesaan terpencil di ujung utara pulau Honshu.





Hayabusa Kereta Peluru tercepat di Jepang

Hayabusa seri E5 berwarna hijau dan perak ini akan melakukan perjalanan dengan kecepatan 300 km/jam dan menempuh perjalanan 675 kilometer dalam 3 jam 10 menit.

Di tahun depan kereta ini akan dipacu pada kecepatan tertinggi sebesar 320 km/jam, menjadikannya kereta tercepat di Jepang.



“Penumpang akan menikmati perjalanan yang tak berisik melalui lintasan lurus dan terowongan yang membelah pegunungan di pedesaan Jepang,” kata operator East Japan Railway Co, seperti dikutip Physorg.com. Para penumpangnya rela membayar 26.360 yen ($ 320) untuk perjalanan ala penerbangan kelas bisnis ini.


Baju Anti Api yang Bisa Bertahan Pada Suhu 1000 Derajat Celcius

Selain tabrakan, hal menyeramkan yang ditakuti oleh para pembalap adalah dirinya yang terbakar pada saat terjadinya kecelakaan.

Sebuah baju yang sedang dikembangkan oleh Lamination Technologies mungkin akan membuat sedikit pembalap lega atau mengurangi rasa kuatir karena terbakar.


http://www.otakku.com/wp-content/uploads/2011/03/lamination-burn-suit.jpg

Baju ini dibuat untuk dapat bertahan dari api dengan tingkat panas mencapai 1000 °C selama 7 detik dan bisa bertahan sampai 12 detik bila menggunakan 2 lapisan.

Memang sih 7-12 detik adalah waktu yang cepat tetapi hitungan detik ini mungkin bisa membuat perbedaan besar akibat kebakaran yang terjadi pada para pembalap.


Baju anti api ini sendiri sebenarnya dibuat untuk para petugas pemadam kebakaran tetapi juga dikembangkan untuk para pembalap.

Lihat videonya bagaimana baju ini masih selamat (utuh) walaupun dibakar dengan tingkat panas mencapai 1000°C.