Mas Irfan menikah dengan gadis muslimah bernama Anggun. Kebetulan gadis itu adalah anggota REMAS ( Remaja Masjid ) yang dipimpin oleh Kyai ternama yaitu KH.Arifin Ilham. Dia menjabat sebagai sekretaris dan Mas Irfan tentu sebagai kepala suku alias ketua organisasi. Otomatis mereka berdua saling akrab dan sering bertatap muka. Setelah 2 tahun di REMAS, keduanya memutuskan untuk menikah. Itupun karena Mas Irfan telah didesak keluarganya untuk segera menikah. Ya, maklumlah, Mas Irfan anak lelaki tertua dari pasangan Bapak H.Mansyur dan Ibu Hj. Zulia.

Mas Irfan dan Anggun sama-sama masih kuliah semester VI Fakultas Agama Islam di Universitas Pradya Widyatama, Bandung. Keduanya pun menyewa kontrakan untuk bisa tinggal bersama, sebab letak kos Anggun jauh sekali dari tempat kos Mas Irfan. Bila keduanya tinggal terpisah, hal ini membuat Mas Irfan 2x putar balik dari arah kampus untuk menuju kos Anggun. Dari dulu, Anggun begitu mengagumi kepandaian Mas Irfan dalam Islam. Bahasa Arab, Fiqih, Qur’an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam merupakan ilmu yang dikuasai Mas Irfan dengan baik. Selain itu, dia juga pandai membaca Al-Qur’an. Gadis mana sih yang tak ingin dipersunting oleh Mas Irfan ?

Gadis-gadis di REMAS pun sering merebut perhatian Mas Irfan. Hanya ada satu gadis yang tak melakukan hal tersebut yaitu Anggun. Anggun memang bukan gadis  rupawan, tapi penampilannya yang tertutup, tutur katanya yang halus, sikapnya yang arif dan lemah lembut mampu meluluhkan hati Mas Irfan. Meskipun sudah menikah, tetap saja gadis-gadis di sekitar Mas Irfan ingin merebut perhatiannya. Walaupun begitu, Anggun tak cemburu kepada Mas Irfan. Anggun percaya sepenuhnya kepada Mas Irfan dan ia yakin bahwa Mas Irfan takkan menodai sucinnya pernikahan mereka.

Tiga tahun setelah pernikahan mereka, keduanya dikaruniai anak. Mas Irfan makin mencurahkan perhatiannya kepada Anggun. Tiap kali pulang kuliah dan kerja, Mas Irfan selalu membawakan makanan-makanan kecil yang diinginkan oleh Anggun. Betapa bahagianya Anggun menjadi istri seorang muslim yang baik.

Hingga suatu hari, seorang gadis berusaha mendekati Mas Irfan. Gadis itu minta dinikahi oleh Mas Irfan. Anggun yang kini sedang hamil pun shock mendengarnya. Karena ternyata, gadis yang minta dinikahi itu tak lain adalah sahabat karibnya sendiri, Fitri. Bahkan parahnya, Fitri telah membawa kedua orang tuanya untuk meminta Mas Irfan agar ia mau menikahinya.

Dengan kondisi sang istri yang sedang hamil, ia pun bingung apa yang seharusnya diperbuat untuk mengatasi masalah tersebut. Akhirnya, Mas Irfan pun mencoba meminta saran dari Pak Kyai untuk mengatasi masalah yang ia hadapi. Namun apa yang dia dapat, tidak sesuai yang ia inginkan hingga menambah kebingungan di dalam hatinya.

Beberapa hari kemudian, Keluarga Fitri kembali datang meminta keputusan dari Mas Irfan. Mas Irfan memutuskan untuk menolak keinginan Fitri dan keluarganya dengan alasan ia hanya menyayangi Angun dan tidak ingin membagi cintanya kepada wanita lain selain Anggun. Betapa hancurnya perasaan Fitri sejak saat itu, rasanya ia ingin segera bunuh diri. Ia pun menjadi murung dan hanya mengurung diri di kamar.
Sudah dua hari Fitri mengurung diri di kamar tanpa makan dan minum hingga membuat kedua orang tuanya menjadi semakin khawatir terhadap dirinya. Fitri adalah putri tunggal mereka satu-satunya yang paling mereka sayangi.

Saking khawatirnya dengan kondisi anaknya, orang tua Fitri kembali datang ke rumah Mas Irfan dan memohon pura-pura mau menikahi anak mereka agar dia tidak melakukkan hal-hal yang tidak diinginkan. Permintaan tersebut sungguh membuat Mas Irfan berat hati. Tapi ia harus melakukan ini semua demi menolong Fitri. Syukurlah, Anggun adalah istri yang pengertian. Wanita itu mengijinkan suaminya pergi ke rumah Fitri untuk membujuknya.

Mas Irfan pun datang ke rumah Fitri dan membujuknya agar keluar dari kamar. Ia pun berjanji akan menikahinya asal Fitri mau keluar dari kamarnya dan mau makan. Saat itu juga Fitri yakin kalau Mas Irfan benar-benar mau menikahinya. Fitri tak tau kalau itu hanya sandiwara yang telah dirancang orang tuanya demi kebaikan Fitri sendiri. Keesokan harinya, Fitri menagih janji Mas Irfan untuk segera menikahinya. Mas Irfan tak mampu berkutik. Ia tak bisa bicara apa-apa karena sebenarnya janji itu dibuat agar Fitri tidak mogok makan lagi dan mengurung diri di kamar. Ia hanya bisa menjawab,
“Tunggu bulan yang baik.” kepada Fitri.

Dengan semangat, Fitri mulai memesan undangan dan menyebarkan undangan-undangan tersebut kepada teman-temannya. Fitri juga sudah menanyakan bulan baik untuk menikah dengan Mas Irfan yaitu bulan DEPAN !!! Mas Irfan tidak bisa tinggal diam, hal ini juga akan menyakiti hati Anggun. Mas Irfan memohon kepada orang tua Fitri agar mengatakan hal yang sebenarnya kepada Fitri. Tapi ternyata orang tua Fitri menolak permintaan Mas Irfan. Orang tua Fitri meminta Mas Irfan untuk menikah secara kontrak. Hal ini sungguh membuat pusing Mas Irfan. Apalagi Anggun sudah hamil 7 bulan. Tentu, bulan-bulan waspada sebagai suami agar siaga apabila sewaktu-waktu tiba kelahiran sang bayi.

Fitri sungguh keras kepala, ia tetap ingin menikah dengan Mas Irfan dengan cara apapun juga. “Sungguh Fitri yang malang.” Batin Mas Irfan. “Dengan uang ia ingin membeli cinta dan sebuah pernikahan.” Bagi Mas Irfan, pernikahan tidak cukup hanya dengan cinta saja. Tetapi juga harus ada rasa tanggung jawab dari keduanya untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW.

Gawatnya, Mas Irfan tidak ingin memberi tau hal tersebut kepada Anggun. Ia tidak ingin membuat Anggun stres, apalagi Anggun mendekati bulan kelahiran sang bayi.
Pada suatu pagi, Fitri datang menemui Mas Irfan. Ia memberitahunya tentang tanggal pernikahan mereka. Sungguh ini tak adil bagi Mas Irfan. Di satu sisi, ia terdesak oleh orang tua Fitri dan di satu sisi lagi, ia tak ingin melukai hati Anggun, istri yang sangat dicintainya. Lalu, apa yang harus dilakukannya?

5 Mei 2005...

Mas Irfan terpaksa mengiyakan keinginan orang tua Fitri untuk menikah secara kontrak. Saat itu, ia minta izin kepada Anggun untuk pergi ke undangan pernikahan temannya di Lampung. Sungguh sebenarnya keputusan ini sangat berat bagi Mas Irfan, tapi di sisi lain hanya keputusan inilah yang harus ia pilih demi ketenangan Anggun.
Suasana pernikahan mereka cukup meriah. Namun sayangnya ini hanya sekedar sandiwara belaka. Mas Irfan tampak tak menginginkan semua ini terjadi. Masa bodoh!

Fitri pun tak mau peduli dengan hal itu. Ia memang keras kepala, selalu ingin memiliki apa yang orang lain punya dan harus mendapatkannya dengan cara apapun juga. Mas Irfan selalu berharap, bahwa ia hanya ingin menikah sekali saja dengan wanita yang sangat dicintainya dan itu terjadi hanya kepada Anggun. Tapi kini Mas Irfan akan menikah lagi dengan wanita yang berobsesi untuk ikut memiliki Mas Irfan!
Akad nikah segera dimulai, tinggal menunggu penghulu. Semua tamu undangan sudah hadir. Tak lama kemudian, penghulu dan pengurus KUA pun tiba. Dan beberapa saat kemudian, terjadilah akad nikah.

“Saudara Irfan Sulaiman, saya nikahkan Anda dengan Saudari Fitri Zulaikha Binti Abdurrahman dengan mas kawin seberat 1,5 kg dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai!” Suasana begitu hening, Mas Irfan belum menjawab akad yang telah diucapkan penghulu. Hal tersebut membuat penghulu mengulang akadnya menjadi 2 kali. Dengan menghela nafas panjang, akhirnya Mas Irfan pun menjawab akad nikah.
“Saya terima, nikahnya Fitri Zulaikha binti Abbdurrahman dengan mas kawin tersebut, TUNAI!” Sorak-sorai tamu undangan sangat meriah begitu mendengar balasan akad nikah yang telah diucapkan Mas Irfan.

Malam pertama pun tiba bagi Fitri, tapi tidak bagi Mas Irfan. Malam itu adalah malam terkutuk baginya karena telah meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Mas Irfan masih memikirkan keadaan Anggun, ia tak tega bila harus meninggalkannya. Malam itu, Fitri menggunakan gaun malam yang sangat tipis. Tapi hal itu tak mampu menggoyahkan hati Mas Irfan. Fitri mulai mendekati Mas Irfan dengan perlahan, ia mulai memeluk Mas Irfan, tapi Mas Irfan menepisnya. Hal tersebut tentu membuat heran Fitri. Dia berpikir sekarang adalah istri Mas Irfan.

Apakah Fitri salah jika mendekati dan memeluk suaminya? Fitri mulai menanyakan hal itu kepada Mas Irfan. Mas Irfan hanya menjawab bahwa ia hanya ingin sendiri. Fitri ingin menolak, tapi ia akhirnya sadar bahwa dirinya memang tak pantas untuk mendapatkan Mas Irfan dengan cara yang telah ia lakukkan. Malam itu juga akhirnya Fitri menyuruh Mas Irfan untuk kembali pada Anggun serta meminta maaf atas semua yang telah ia lakukkan kepada Mas Irfan. Hal ini tentu sangat mengejutkan hati Mas Irfan.

Kini Fitri akhirnya sadar bahwa cinta memang tak bisa dipaksakan. Cinta sungguh tak bisa dibeli dengan uang. Cinta butuh ketulusan dari kedua belah pihak. Kemudian Fitri menyuruh Mas Irfan untuk segera pulang dan menganggap bahwa pernikahannya hanya sebuah mimpi sesaat. Akhirnya Mas Irfan dapat bernafas dengan lega. Ia pun memberikan pelukan hangat kepada Fitri. Hal tersebut membuat Fitri semakin menyadari bahwa Mas Irfan memang layak diperebutkan oleh setiap gadis, tapi hanya satu gadis yang tetap akan dicintainya yaitu Anggun.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments